TULISAN INI AKU DEDIKASIKAN BUAT GURU TERHEBAT YANG
MENGINSPIRASI DALAM HIDUPKU.
Aku dan Guruku
Namaku Rawiah. Dulu aku bukan
siapa-siapa. Namun kini setiap hari bersahutan suara yang memanggilku ibu....ibuu....
di kelas, di lapangan bahkan di jalanan. Panggilan itu mereka ucapkan saat
butuh bantuanku, atau sekedar berpapasan dan melihatku, bahkan terlepas mereka
suka atau tidak dengan perlakuanku. Panggilan mulia itu tetap mereka ucapkan
untukku. Dalam sadar kupahami bahwa kini aku teramat berarti bagi mereka.
Mereka yang sejak pagi bersiap hanya untuk menemuiku tanpa tahu sesuatu yang
akan kulakukan padanya. Merekalah murid-muridku yang kini menjadi dan akan ada
dalam bagian dari sejarah perjalanan hidupku. Namun kadang ragu melintas apakah
aku telah membawa mereka mengenal kebaikan yang nantinya cukup baginya untuk
mencari kebaikan hidup. Seperti kedua guru hebat yang telah menginspirasiku???
Siapakah keduanya?? Mereka adalah ayah
dan ibuku. Entah apa harapan mereka ketika memberikan nama padaku. Merekalah
yang kemudian mengantarkan aku menemui guru-guruku di sekolah, belajar baca
tulis, menimba ilmu yang tak sempat keduanya dapatkan. Merekalah yang begitu khawatir
ketika aku tak bisa melakukan apa-apa meskipun karena ketidaktahuanku.
Merekalah pula yang begitu gelisah saat aku tidak ke sekolah. Do’a restunyalah
yang mengiringku meretas asa menggapai impian meski tak lagi berada di dekatnya.
Masih terngiang di telinga saat ayahku
berkata “Kamu kalau tidak mau sekolah, ikutlah bantu Ayah mencangkul di sawah
seperti itu (anak gadis yang putus sekolah karena tidak sanggup menempu
perjalanan yang cukup jauh ke sekolah setiap hari). Kalau kamu sekolah yang
rajin, nanti kamu bisa jadi tukang jahit. Bantu ibumu menjahit karung padi yang
sobek atau terpal jemuran yang koyak.” Yaah...harapan yang amat sederhana, sesederhana
pikiran dan kehidupan kami di desa. Sedangkan ibuku, guru terhebat yang mampu
memotivasi anak-anaknya meski dengan tutur yang sederhana. Kembali terbayang betapa
risaunya setiap kali tak berhasil membujukku ke sekolah. “Apa yang harus Ibu
lakukan agar kamu menurut Nak. Bagaimana nanti hidupmu??
Bagaimana kelak dengan hidupku???Pertanyaan
itulah yang hingga kini terus menjadi cermin besar bagiku. Bahkan semakin hari
semakin ingin kujelajahi kisah hidup keduanya. Guruku yang hebat dapat mengobarkan
semangat mesti dalam diamnya, menumbuhkan
harapan dan mimpi meski dalam keras kehidupan yang mereka jalani, yang mungkin
juga bukan impian keduanya. Kutelusuri jejak-jejak kehidupannya yang tanpa aku
sadari ternyata aku adalah satu dari bagian jejak kehidupan mereka. Kutanamkan
dihati takkan kubiarkan noda menutup jejak-jejak indah sejarah hidup mereka.
Semoga karenaku akan mendatangkan syafaat bagi keduanya beserta guru-guruku
sebagaimana do’a dan harapan akan ilmu yang bermanfaat yang dititipkan Allah swt
padaku pun akan menjadi syafaat yang
mengantarkanku untuk bersama mereka. Amin
Trima kasih guruku, do’a terbaik
untukmu slalu.....!!!
Selamat hari guru 25 November 2015,
bangga jadi guru, guru berkarakter menggenggam Indonesia Allahu Akbar...!!!!
(Rawiah,
S.Pd. SD Inpres Bertingkat Kelapa Tiga Makassar. SMT Angk. I)