Rabu, 09 Desember 2015

AKU DAN GURUKU



TULISAN INI AKU DEDIKASIKAN BUAT GURU TERHEBAT YANG MENGINSPIRASI DALAM HIDUPKU.

Aku dan Guruku
Namaku Rawiah. Dulu aku bukan siapa-siapa. Namun kini setiap hari bersahutan suara yang memanggilku ibu....ibuu.... di kelas, di lapangan bahkan di jalanan. Panggilan itu mereka ucapkan saat butuh bantuanku, atau sekedar berpapasan dan melihatku, bahkan terlepas mereka suka atau tidak dengan perlakuanku. Panggilan mulia itu tetap mereka ucapkan untukku. Dalam sadar kupahami bahwa kini aku teramat berarti bagi mereka. Mereka yang sejak pagi bersiap hanya untuk menemuiku tanpa tahu sesuatu yang akan kulakukan padanya. Merekalah murid-muridku yang kini menjadi dan akan ada dalam bagian dari sejarah perjalanan hidupku. Namun kadang ragu melintas apakah aku telah membawa mereka mengenal kebaikan yang nantinya cukup baginya untuk mencari kebaikan hidup. Seperti kedua guru hebat yang telah menginspirasiku???
Siapakah keduanya?? Mereka adalah ayah dan ibuku. Entah apa harapan mereka ketika memberikan nama padaku. Merekalah yang kemudian mengantarkan aku menemui guru-guruku di sekolah, belajar baca tulis, menimba ilmu yang tak sempat keduanya  dapatkan. Merekalah yang begitu khawatir ketika aku tak bisa melakukan apa-apa meskipun karena ketidaktahuanku. Merekalah pula yang begitu gelisah saat aku tidak ke sekolah. Do’a restunyalah yang mengiringku meretas asa menggapai impian meski tak lagi berada di dekatnya.
Masih terngiang di telinga saat ayahku berkata “Kamu kalau tidak mau sekolah, ikutlah bantu Ayah mencangkul di sawah seperti itu (anak gadis yang putus sekolah karena tidak sanggup menempu perjalanan yang cukup jauh ke sekolah setiap hari). Kalau kamu sekolah yang rajin, nanti kamu bisa jadi tukang jahit. Bantu ibumu menjahit karung padi yang sobek atau terpal jemuran yang koyak.” Yaah...harapan yang amat sederhana, sesederhana pikiran dan kehidupan kami di desa. Sedangkan ibuku, guru terhebat yang mampu memotivasi anak-anaknya meski dengan tutur yang sederhana. Kembali terbayang betapa risaunya setiap kali tak berhasil membujukku ke sekolah. “Apa yang harus Ibu lakukan agar kamu menurut Nak. Bagaimana nanti hidupmu??
Bagaimana kelak dengan hidupku???Pertanyaan itulah yang hingga kini terus menjadi cermin besar bagiku. Bahkan semakin hari semakin ingin kujelajahi kisah hidup keduanya. Guruku yang hebat dapat mengobarkan  semangat mesti dalam diamnya, menumbuhkan harapan dan mimpi meski dalam keras kehidupan yang mereka jalani, yang mungkin juga bukan impian keduanya. Kutelusuri jejak-jejak kehidupannya yang tanpa aku sadari ternyata aku adalah satu dari bagian jejak kehidupan mereka. Kutanamkan dihati takkan kubiarkan noda menutup jejak-jejak indah sejarah hidup mereka. Semoga karenaku akan mendatangkan syafaat bagi keduanya beserta guru-guruku sebagaimana do’a dan harapan akan ilmu yang bermanfaat yang dititipkan Allah swt padaku pun  akan menjadi syafaat yang mengantarkanku untuk bersama mereka. Amin
Trima kasih guruku, do’a terbaik untukmu slalu.....!!!
Selamat hari guru 25 November 2015, bangga jadi guru, guru berkarakter menggenggam Indonesia Allahu Akbar...!!!!
(Rawiah, S.Pd. SD Inpres Bertingkat Kelapa Tiga Makassar. SMT Angk. I)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar