Sejak
tahun 2004 saya menjadi bagian dari dunia pendidikan Indonesia yang diamanahkan
bertugas di SD Inpres Bertingkat Kelapa Tiga Kota Makassar hingga sekarang. Meskipun
tidak banyak prestasi yang saya raih, tapi ada beberapa pengalaman dan karya kecil
yang ingin saya bagi, semoga bisa
memberi manfaat dan sumber inspirasi bagi teman-teman...
Pada
tahun 2010 saat program KKG BERMUTU berjalan, ada program untuk melakukan
penelitian tindakan kelas. Saya masuk dalam kelompok guru kelas VI karena pada
tahun ajaran itu saya mengajar di kelas VI. Saat berdiskusi dengan teman
kelompok, saya mengajukan usul untuk membuat media yang sesuai dengan materi
yang saat ini kami ajarkan sehingga program pengajaran di kelas tidak terganggu.
Pada waktu itu saya ditunjuk menjadi guru model dengan observer teman guru
kelas VI, kepala sekolah dan pengawas. Media yang kami buat adalah media
pembelajaran “Ragam Bidang Kartesius”.
Media pembelajaran terbuat dari stearfoam, benang wol, pita dan jarum pentul. Media ini kami
buat bersama dengan siswa sehari sebelum proses penelitian dimulai. Alhamdulilah
media inilah yang menjadi hasil dari kegiatan KKG BERMUTU yang kemudian
dipajang di ruang gugus kami. Dalam pembelajaran pun kami sangat gembira
melihat hasil yang siswa capai. Anak-anak begitu antusias dan bersemangat. Materi
dapat dengan mudah mereka pahami. Bahkan pada saat kepala sekolah se-Gugus VI yang
menjadi observer, ketika refleksi setelah PBM ada yang mengira anak-anak telah
diajarkan sebelumnya sebab mereka melihat begitu mudah dan cepatnya anak-anak
dapat menyelesaikan tugas yang dikemas dalam bentuk perlombaan.
Pada
tahun 2014 saya diberi amanah untuk mengajar di kelas I atas permintaan sendiri
dengan alasan ada anak kecil. Mengajar di kelas I belum pernah saya jalani
sebelumnya. Ini tantangan baru bagiku. Mencari buku belajar membaca permulaan,
bertanya ke orang tua siswa yang anaknya dapat membaca dengan lancar sejak TK,
kepada guru TK, dan belajar dari cara anakkku membaca yang saat itu masih duduk
di bangku TK menjadi kegiatan baruku. Dan alhasil dari sekian upaya itu telah
melahirkan sebuah karya kecilku yang sangat membantuku dalam mengajar membaca
dan menulis hingga saat ini. Saya menulis buku belajar membaca sambil menulis
dalam bentuk games 3 level. Alhamdulilah ternyata karya inilah yang kemudian
berhasil diterima dan diterbitkan di buku alumni Sekolah Guru Indonesia tahun
2015 “Murid Pasif Pangkal Guru Kreatif” bersama karya teman-teman SGI dari
berbagai daerah. Moment inilah yang membuat semangatku untuk menulis menjadi
sangat besar.
Tahun
2015 pada ajang pemilihan guru berprestasi tersimpan kisah penting dalam saya
menyebutnya “pembuktian diri”. Ajang ini terkadang dari kecamatan kami tidak
ada seleksi tetapi penunjukan langsung. Pada waktu itu yang ditunjuk dari
gugusnya adalah guru yang notabene adalah ipar saya. Tetapi pada hari yang
ditentukan dia mundur karena sakit, kemudian meminta saya untuk menggantikan. Dengan
setengah hati saya memenuhi permintaannya, datang ke UPTD Kecamatan untuk seleksi.
Menunggu hingga jam 12 siang ternyata tidak ada peserta lain yang datang. Panitia
menjadi gusar, dan saya dipanggil untuk wawancara. Karena geram panitia
kemudian menghubungi kepala-kepala sekolah lain untuk mengirimkan gurunya. Dari
percakapan yang saya dengar, sempatlah mereka meragukan saya dengan berkata “guru
dari SD mana?”....tunggu saja dulu yang lain”. Panitia berkeras bahwa kenapa
harus menunggu yang tidak ada. Ini saja...ya Allah, hari itu saya merasa begitu
gamang. Tapi kemudian saya ambil positifnya saja bahwa hari ini saya juara I ......hehe.
Dengan penuh ragu saya membawa berkas portofolio yang cukup aneh (kacau balau) ke
ajang lomba. Dengan media ragam bidang kartesius itu saya maju memberi
presentasi, dan alhamdulilah mendapat pujian dari juri dan akhirnya
mengantarkanku meraih juara II tingkat Kota Makassar. Piala pertama yang saya
terima seumur hidupku...dan bisa hadir di upacara peringatan Hardiknas di Balaikota
sudah membuat saya bak bermimpi. Sesuatu yang begitu luar biasa bagi orang
biasa sepertiku.
Selanjutnya
kisahku beberapa hari yang lalu, pada pembelajaran Tema Pekerjaan. Saya
berpikir untuk melakukan apersepsi jenis-jenis pekerjaan sebelum memasuki
pelajaran dengan materi benda-benda yang digunakan oleh jenis pekerjaan
tertentu. Berbekal ilmu yang saya terima di School of Master Teacher Dompet
Dhuafa Sulsel, saya mencoba menerapkan teknik belajar tebak-tebakan dengan
siswa. Saya peragakan, siswa menebak nama pekerjaan yang dimaksud. Masyaallah meskipun
saya harus bertingkah seperti badut yang tidak lucu, tetapi melihat siswa
seakan terhipnotis , fokus tingkat tinggi membuat saya sangat amazing. Mereka dapat
menebak dengan baik, bahkan setiap gerakan tubuhku menjadi perhatian mereka. Sekecil
apapun itu. Moment yang membuat saya tertawa
adalah ketika jeda antar jenis pekerjaan saya menggerak-gerakkan jari di kepala
tanda sedang berpikir...tiba-tiba semua siswaku kompak berteriak “kepiting
Buuuu...” (haha). Suatu proses pembelajaran yang sangat menggembirakan meskipun
tanpa suara. Metode inu kusebut belajar ala pantonim.
Demikian kisahku...pengalaman kecil, semoga
dapat menginspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar